04 Juni 2008

WAKTU

Oleh : Tantowi J

Kehidupan laiknya panggung sandiwara dan kita memiliki lelaku masing-masing sesuai dengan usaha diri dan skenario sang pencipta. Dalam kehidupan, Tuhan memberikan kita satu modal yang setara di seluruh jagat raya ini, modal itu berupa waktu. Dengan waktu kita bisa jadi orang yang beruntung sebagai pemenang atau merugi sebagai pecundang, kesemuanya tergantung pada bagaimana metode kita dalam mengolah/mengatur waktu. Kita bisa dikategorikan orang-orang yang beruntung bila refleksi lelaku dalam keseharian kita menjalani hidup dimuka bumi ini dengan berbuat : 1) Soleh secara individual yaitu dengan beriman kepada_Nya maupun 2). Soleh secara sosial yakni dengan selalu berbuat baik kepada seluruh alam dan ciptaan_Nya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, sang "Uswatun Hasanah" (suri tauladan yang baik). Dan betapa suatu kerugian besar jika kita tidak dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. Urgensitas waktu ditunjukkan dengan sumpah Allah SWT atas nama waktu sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur'an yang artinya : "Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh"

So guys.........
merupakan satu kerugian besar kalau karunia waktu dari Allah SWT ini_ kita isi dengan menanam kebencian, kekerasan, ketidaktoleransian, sikap amoral, korupsi_ yang buahnya akan semakin menjerumuskan kita & bangsa Indonesia dalam kesesetan dan memadamkan lentera bangsa yang sudah "kehabisan BBM" ini. Dus mari bersama singsingkan lengan baju untuk mengisi waktu dengan lelaku kebajikan nan maslahat agar bangsa ini bangkit dari kegelapan (kehabisan BBM) menuju terang benderang (minazzulumati_ilannuur). Kata kakekku : "Perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri, keluarga lalu lingkungan sekitar, negara dan siapa tahu kelak kita bisa merubah dunia................ !!!!!"

CINTA & PERNIKAHAN


Suatu hari, Plato bertanya kepada gurunya, Socrates, tentang cinta dan perkawinan…berikut dialog mereka :
“Guru, terangkan kepadaku tentang apa itu cinta..!”
“baiklah, sekarang kau pergi ke taman bunga di depan sana.. ambilkan untukku sebuah bunga yang paling indah untukku, dengan syarat kau tidak boleh kembali atau melihat lagi belakang.dan ingat, hanya satui kali pengambilan..begitu kembali ke sini, kau akan belajar sesuatu tentang cinta..”
Tanpa banyak tanya, Plato langsung berlari ke taman bunga di depan mereka. Dia berjalan terus ke depan, sambil mencari bunga yang paling indah. Namun, ketika dia kembali, dia..
“maaf guru, saya tidak bisa membawakanmu sekuntum bungapun”
“kenapa ?”
“ketika saya melihat sekuntum bunga yang indah, saya mengira mungkin masih ada yang lebih indah lagi di depan sana.. Hal itu terjadi di sepanjang perjalanan, hingga sampai di akhir taman saya sadar saya belum menemukan bunga yang paling indah itu.Saya tidak bisa kembali lagi, karena engkau melarangnya…”
“seperti itu lah cinta, plato”
” kalau begitu, guru…terangkan kepadaku tentang apa itu pernikahan!”
“baiklah, sekarang pergilah engkau ke hutan di depan sana…ambilkan untukku satu pohon yang paling tinggi dan sehat, tapi syaratnya kau tidak boleh menoleh ke belakang, atau kembali lagi. Hanya satu kali pengambilan. Begitu kembali, kau akan belajar sesuatu tentang pernikahan…”
Plato langsung berlari ke hutan yang dimaksud, mencari batang pohon yang paling tinggi dan sehat, dan ketika ia kembali…
“guru, ini batang pohon yang kau maksud..”
“batang pohon ini tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu sehat, mengapa kau ambil yang ini?”
“Saya belajar dari pengalaman sebelumnya,. Ketika saya melihat ada batang yang lumayan tinggi dan sehat, langsung saya ambil. Di depan, saya melihat banyak batang yang lebih tinggi dan sehat, tapi saya kan sudah tidak bisa kembali lagi….”
“ya…seperti itulah pernikahan”
Bagaimana interpretasi anda tentang ini?